di urut mas andri

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA MicrosoftInternetExplorer4

Ya Allah…. Ternyata banyak orang yang membutuhkan uluran tangan orang-orang kaya. Atau orang-orang yang membutuhkan pekerjaan untuk mencukupi keluarganya. Tadi selepas sholat isya. Ketika saya sedang mengetik membuat catatan di blog kesayanganku. Ada tamu datang. Saya kenal sama beliau. Beliau itu yang suka benerin koneksi internet klo lagi macet. Saya juga heran sih, ngapain malam-malam mau nemuin saya, ap mau nagih bayaran. Kan kemaren baru bayar. Tapi kok pake acara bawa anak segala. Ketika ditanya. Ada perlu aja sekalian mampir. Yang udah masuk kedalam aja kita ngobrol di dalam.

Setelah bicara ternyata ia sudah tidak kerja di internet lagi. Sudah tiga bulan lamanya. Kerjaan yah carut marut lah apa aja. Maksud beliau sih klo ada computer yang rusak kesaya aja di servisnya. Saya bilang klo untuk computer mah kebetulan gak ada yang rusak. Tapi gak tau di komputernya madrasah, ada yang rusak atau enggak, entar dibilangin.

Dari nada bicaranya, terus bawa anak. Jadi tambah kasian aja. Cerita bahwa seharian keliling nyebarin brosur belum dapet orang. Makanya ke markaz sapa tau ada kerjaan.

“Selain di computer dimana lagi biasa kerja?” Saya bertanya.

“Yah apa aja mas. Yang penting anak bisa makan.”

“Emang anaknya berapa sekarang?”.

“5 mas”.

Busyet dah umur 31 anak udah lima, ketika ditanya kapan nikahnya. Ternyata umur 21. Kerja udah apa aja. Nyangkul, ngamen, kuli, apa aja dah.

“Saya juga suka ngurut” katanya.” Cuma sebulan sekali. Baru kemaren”.

“Ya udah karena untuk kerjaan computer gak ada, saya tau juga mas andri malam ini harus bawa uang ke rumah. Gini aja. Mas andri urut saya, kebetulan lagi gak enak badan. Entar saya kasi lah untuk makan anak.”

“Ya udah gak apa-apa mas!”jawabnya. yang penting malam ini saya bawa uang untuk anak saya jajan besok.

Kebetulan saya juga lagi gak vit badannya. Gak tega juga sih. Tapi yah gak apa2 dia kan lagi butuh kerja supaya dapet uang. Saya suruh urut kan nanti ia bisa dapat uang.

Mudah-mudahan saya gak zdolim padanya ya Allah…

Klo saya diberikan kelebihan rizki, saya akan kasi lebih.

Hikmahnya lagi. Itulah perjuangan orang tua. Untuk anak-anaknya. Kadang anak-anaknya aja yang suka durhaka terhadap orang tua.

Kemudian saya juga bilang kebeliau. Kerja mah apa aja asal halal, kasian anak istri nantinya. Ketika dia bilang nikah umur 21 saya jadi malu sendiri. Umur 27 masih sendiri. Gak tau juga kemana itu bidadari tersayang. Kok kagak muncul-muncul juga. Padahal nih dijamin siapa saja yang jadi bidadariku di dunia nanti adalah wanita yang paling bahagia. (jiah pede amat. He he)

Wassalam dah. Klo seandainya ternyata bidadariku ikut membaca catatan ini. Yah salam aja dah dari a’ eneng. He he

slide photo ngecor Markaz

video ngecor markaz

Maher Zain - Sepanjang Hidup

LIMA HAK AL QUR'AN


LIMA HAK AL QUR'AN

“Ki, bukankah Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi kita ki?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, bahkan dengan tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa ‘tidak ada keraguan di dalamnya’ sebagai petunjuk orang-orang mutaqin.” Jawab Ki Bijak, sambil mengutip ayat Al-Qur’an.

"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."(QS. Al-Baqarah [2] : 2)

“Lalu kenapa masih banyak orang yang membaca Al-Qur’an, tapi masih banyak di antara kita yang masih kelimpungan mencari petunjuk lain selain Al-Qur’an, apanya yang salah ki?” Tanya Maula.

“Tidak ada yang salah bagi kita yang rajin dan pandai membaca Al-Qur’an, dan jika kita belum menemukan Al-Qur’an sebagai petunjuk, itu karena kita belum menunaikan hak-hak Al-Qur’an.” Kata Ki Bijak.

“Hak-hak Al-Qur’an ki?” Tanya Maula

“Benar Nak Mas, kadang kita terlalu sibuk menuntut Al-Qur’an sebagai ini dan itu, sementara hak-nya tidak pernah kita hiraukan.”

“Al-Qur’an juga mempunyai hak atas kita, yang jika hak-hak Al-Qur’an itu kita tunaikan, insya Allah, kita akan benar-benar mendapati Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kita, bahkan lebih dari itu, Al-Qur’an akan menjadi rahmat dan pemberi syafaat bagi kita di yaumil akhir nanti.” Sambung Ki Bijak.

“Apa saja hak-hak Al-Qur’an atas kita ki?” Tanya Maula.

“Setidaknya ada lima hak Al-Qur’an yang harus kita tunaikan, yang pertama, hak Al-Qur’an atas kita adalah dibaca sesuai dengan ketentuan tajwid dan mahroj-nya.” Kata Ki Bijak.

“Alhamdulillah, kalau sekarang ini banyak metode pembelajaran Al qu’ran yang bagus, yang bisa dengan cepat mengajar kita untuk bisa baca Al-Qur’an, hanya kadang sebagian kita kurang terlalu peduli dengan kaidah-kaidah baca Al-Qur’an yang benar, sehingga keagungan bacaan Al-Qur’an sebagai kalam ilahi, menjadi kurang tampak, dan bahkan bagi sebagian orang, membaca Al-Qur’an tidak lebih penting dari membaca koran, ini yang harus kita perbaiki, sebagai salah satu langkah kita untuk memenuhi hak Al-Qur’an atas kita, baca Al-Qur’an sesuai dengan ketentuan dan kaidahnya.” Kata Ki Bijak.

“Lalu hak Al-Qur’an yang kedua atas kita apa ki?” Tanya Maula.

“Setelah kita bisa membaca Al-Qur’an, maka akan timbul hak Al-Qur’an yang kedua, yaitu memahami artinya, baik arti secara harfiah, maupun arti maknawi (tafsir)-nya.” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas masih ingat, apa saja yang terkandung dalam Al-Qur’an?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, secara garis besar, Al-Qur’an mengandung pelajaran ketauhidan, kisah-kisah bangsa terdahulu serta hukum-hukum atau syari’at.” Jawab Maula,

“Karenanya, kita harus benar-benar memahami apa arti bacaan Al-Qur’an, agar kita bisa melaksanakan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an serta menjauhi apa yang dilarang Allah seperti tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an,”

“Atau bagaimana mungkin kita bisa menjadikan kisah-kisah bangsa terdahulu yang diterangkan Al-Qur’an sementara kita tidak mengetahui apa yang dikatakan Al-Qur’an? untuk itulah kewajiban kita terhadap Al-Qur’an adalah mengerti dan memahami arti dan maknanya.” Kata Ki Bijak.

Maula manggut-manggut mendengar penjelasan gurunya, “Yang ketiga ki?” Tanyanya kemudian.

“Hak Al-Qur’an yang ketiga adalah dihapal.” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas masih ingat dengan hadits yang menunjukan keistimewaan orang yang hapal Al-Qur’an?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata, ‘Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca dan hapalan Al-Quran mereka. Setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hapalan Al-Qur’an-nya’,”

“Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW, ‘Berapa banyak Al-Qur’an yang telah engkau hapal, hai fulan?’ ia menjawab, ‘aku telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah.’ Rasulullah SAW kembali bertanya, ‘Apakah engkau hapal surah Al-Baqarah?’ Ia menjawab, ‘Betul.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!’.” Kata Maula mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmizi.

“Benar Nak Mas, itu salah satunya, dan masih banyak lagi hadits yang menyatakan betapa orang yang di dalam dadanya hapal Al-Qur’an, mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya, seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Penghapal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Quran akan berkata, “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia,” kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al-Quran kembali meminta, “Wahai Tuhanku tambahkanlah,” maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Quran memohon lagi, “Wahai Tuhanku, ridhailah dia,” maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, “bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga),” dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nimat dan kebaikan’.” Kata Ki Bijak.

“Selanjutnya, Al-Qur’an mempunyai hak atas kita untuk diamalkan, bacaan yang bagus, pemahaman arti yang baik, dan hapalan yang banyak, tidak boleh lantas menjadikan kita bangga diri, karena bacaan, arti dan hapalan yang tidak disertai dengan pengamalan yang baik dan benar, laksana pohon rindang tanpa buah, tak banyak memberikan manfaat pada orang yang memilikinya.” Kata Ki Bijak.

“Bahkan menurut hemat Aki, pengamalan nilai-nilai yang terkadung dalam Al-Qur’an merupakan hal terpenting dalam upaya kita memenuhi hak-hak Al-Qur’an.” Kata Ki Bijak lagi.

“Ki, kalau ada orang yang sudah mengamalkan Al-Qur’an, tapi tidak bisa membaca Al-Qur’an bagaimana ki?” Tanya Maula.

“Benar, ada orang yang sudah mengamalkan Al-Qur’an meski ia tidak bisa membacanya, tapi itu sama sekali tidak berarti menggugurkan kewajibannya untuk belajar membaca Al-Qur’an, belajar memahami artinya, belajar menghapalnya, karena kewajiban tetaplah kewajiban, yang harus ditunaikan, dan insya Allah, mereka yang sudah melaksanakan hukum-hukum Al-Qur’an sebelum bisa membacanya, akan menjadi lebih baik lagi pengamalan Al-Qur’anya kalau ditambah dengan membaca, mengerti dan menghapal Al-Qur’an dengan baik.” kata Ki Bijak.

“Selanjutnya, mengajarkan Al-Qur’an juga merupakan sebuah kewajiban kita terhadap Al-Qur’an yang harus kita laksanakan, ajarkan apa yang kita mampu, walaupun hanya satu ayat.” Kata Ki Bijak.

“Buah yang matang dan ranum, tidak akan dapat dirasakan manis dan nikmatnya jika hanya dibiarkan menggantung diketinggian pohonnya, untuk itu, buah itu harus kita petik dan kita sampaikan, agar orang lain bisa menikmati manis dan lezatnya buah yang kita hasilkan.” Kata Ki Bijak.

“Ki, setelah mendengar penjelasan Aki tadi, ana merasa, ana masih punya banyak ‘hutang’ terhadap Al-Qur’an ki, bacaan Al-Qur’an ana masih banyak kurangnya, pemahaman ana terhadap Al-Qur’anpun masih sedemikian dangkal, apalagi menghapal dan mengamalkannya, ana merasa masih sangat-sangat jauh ki.” Kata Maula.

“Aki-pun demikian Nak Mas, masih banyak hak-hak Al-Qur’an yang belum bisa Aki penuhi seluruhnya, tapi setidaknya mulai sekarang, marilah kita kembali buka dan pelajari lagi Al-Qur’an, agar kita tidak termasuk orang yang dianggap lalai dalam memenuhi kewajiban kita terhadap Al-Qur’an.” kata Ki Bijak merendah.

“Ki, adakah kiat yang bisa ana pakai untuk bisa belajar Al-Qur’an dengan benar ki.” Tanya Maula.

“Setiap orang, memiliki cara dan kekhususan tersendiri dalam mempelajari Al-Qur’an, setiap orang mungkin berbeda cara belajarnya, namun setidaknya kita harus memiliki beberapa hal mendasar sebagai modal kita untuk belajar Al-Qur’an.” Kata Ki Bijak.

“Apa saja modal dasar itu, ki?” Tanya Maula.

“Pertama, Niat dan komitmen yang kuat, niatkan belajar kita lillahi ta’ala, hanya semata karena mengharap ridha-Nya, kemudian, tanamkan dalam diri kita sebuah komitmen yang tinggi untuk benar-benar belajar dan mempelajari Al-Qur’an.”

“Kedua, tanamkan selalu sifat rendah hati, sifat tawadlu, agar kita tidak cepat merasa bosan atau cepat merasa puas dengan apa yang telah kita pelajari.”

“Ketiga, belajarlah terus menerus dengan penuh kesungguhan.”

“Keempat, amalkan apa yang sudah kita pelajari, misalkan kita sudah belajar baca bismillah, pahami apa arti dan makna yang terkandung didalamnya, kemudian amalkan dalam keseharian kita, bahwa tidak ada satupun aktivitas kita yang lepas dari memohon pertologan kepada Allah, yaitu dengan membaca Bismilllah.”

“Selanjutnya, untuk membantu proses belajar kita, ajarkan apa yang sudah kita pahami, proses ini akan membantu ingatan kita terhadap apa yang telah kita dapat, dengan mengajarkan, secara otomatis kita selalu mengulang-ulang pelajaran yang sama, sehingga tingkat pemahaman dan belajar kita insya Allah menjadi lebih baik.”

“Kemudian, kalau lima proses diatas sudah kita lakukan dengan benar, maka kita akan memiliki karakter.” kata Ki Bijak

“Apa cirinya kita sudah memiliki karakter ki?” Tanya Maula

“Cirinya, kita akan merasa rugi kalau sehari saja kita tidak baca Al-Qur’an,kita akan merasa kehilangan, kalau sehari saja kita tidak buka Al-Qur’an, atau kita akan merasa bersedih karena kehilangan momentun belajar Al-Qur’an, setiap hari, setiap saat dan setiap detik, orang yang memiliki karakter ini akan menunjukan semangat dan keinginan yang kuat untuk belajar Al-Qur’an.” Kata Ki Bijak.

“Alangkah bahagianya mereka yang sudah memiliki karakter seperti itu ya ki.” Kata Maula.

“Ya, berbahagialah orang yang memiliki karakter positif seperti itu, sebaliknya kita mesti berhati-hati kalau justru karakter negatif secara tidak sengaja menempel pada diri kita.” Kata Ki Bijak.

“Contohnya apa ki?” Tanya Maula.

“Menunda waktu shalat, kadang juga merupakan menjadi ciri atau karakter seseorang, sehingga kalau ia shalat tepat waktu, malah merasa rugi dan terganggu.”

“Kemudian lagi kebiasaan mencela, juga bisa jadi karakter seseorang, sehingga kalau belum mencela, rasanya gatal, dan lain sebagainya.” Kata Ki Bijak memperingatkan Maula untuk berhati-hati.

“Ya ki, semoga ana bisa memiliki karakter positif dan semoga pula ana terhindar dari karakter negatif tadi ya ki.” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas.” Kata Ki Bijak.

Wassalam.

love father and mother

25 tahun silam…..



Hujan deras berhenti, malam ini langit kembali cerah setelah hampir seharian menjalankan tugasnya menyebarkan kehidupan di bumi. Air kehidupan, air keberkahan. air ujian, air cobaan, air pembuktian.



Bukti seorang lelaki yang peduli terhadap keluarga. Sangat menyayangi keluarga. Berjuang demi istri dan anak-anaknya. Dengan sabar menerobos derasnya air hujan di hutan belantara. Sendiri, tanpa pelindung, tanpa payung atau mantel yang melindunginya dari hujan yang demikian besar.



Sepertinya tidak bosan hujan ini mengujinya. Langkahnya semakin di percepat karena gelapnya malam akan datang mengganti siang.



Sendiri…. Tanpa teman, tak ada alat komunikasi canggih seperti sekarang. Tak ada kendaraan umum karena hutan belantara ini masih asli. Jauh berbeda dengan sekarang. Pepohonan hutan yang menjadi saksi perjuangannya telah musnah. Diganti bangunan-bangunan, rumah-rumah, aspal besar. Bahkan gedung sekolah.



Sampai-sampai gedung sekolah tersebut tidak menyadari bahwa tanah tempat ia berdiri kokoh memiliki arti sejarah perjuangan seorang ayah.



Hujan belum reda, hari semakin gelap. Tak ada lampu jalan. Demikian juga senter. Dan mustahil menghidupkan obor. Karena pastinya akan padam oleh hujan.



Sebenarnya apa yang membuat ia sedemikian nekat menerobos hutan, saat hujan, dan ia sendiri tau pasti akan kemalaman. Dan lagi mengapa ia seorang diri?.



Sempat sebelum langit gelap, ia berhenti sejenak. Di lapangan rumput yang ia lewati. Ia menatap langit, ingin berteriak sekeras-kerasnya, marah. Menangis. Teringat anak-anaknya yang masih kecil,ia akan bekerja sambil mengurus keseharian anak-anaknya.



Memangnya kenapa dengan istrinya? Apa yang terjadi? Kemarin istrinya melepas kepergiaanya sambil menggendong buah hatinya yang masih kecil, umur 1,5 tahun masa dimana sang ayah malas untuk berangkat kerja. Masih ingin terus bermain bersama anak bungsunya. Harapannya, anak yang ditunggu kehadirannya, ditangisi kehadirannya. Paling disayang diantara anak-anaknya yang lain. Kehadirannya yang tidak disangka bahwa ia akan hidup.



Anak ini muncul dalam pikirannya, membuat ia semakin ingin berteriak keras.



Ya Allah…

Mengapa kau takdirkan semua ini…

Mengapa tidak saya saja yang Engkau panggil terlebih dahulu…

Mengapa harus dia…

Bagaimana dengan si kecil…

Ia masih sangat membutuhkan belaian seorang ibu

ia pasti rindu cerita ibu menjelang tidur

ia pasti sedih tatkala melihat teman-temannya menggandeng tangan ibu

ia pasti menangis melihat teman-temannya meminta jajan pada ibunya

ia pasti kangen di peluk ibu, dicium ibu. dimandikan ibu, diantarkan ibu kesekolah, dibela ibu, dimanja ibu.

ia pasti sangat ingin melihat wajah ibu.

umur 1,5 tahun belum bisa mengenal wajah ibu

umur 1,5 tahun masih belia

Disaat ia besar ia pasti sangat ingin berjumpa dengan ibunya.

Disaat ia mulai bicara ia sangat ingin yang pertama mendengarnya adalah ibu

Disaat ia mulai nakal, ia ingin ibu yang mengingatkan.

Disaat ia capek berjalan, ia ingin ibu yang menggendong

Disaat ia mulai sekolah, ia ingin ibu yang mengantarkan

Disaat ia juara di sekolah, ia ingin ibu ikut hadir

Disaat ia juara hafalan surat-surat pendek, ia ingin ibu ikut mendo'akannya

Disaat ia khatam mengaji, ia ingin ibu membelikan ia sepeda baru

Disaat ia menjadi yang terbaik disekolah ia ingin ibu yang pertama bangga

Disaat ia mendapat piala, ia ingin ibu yang pertama memberikan kata selamat

Disaat ia lulus, ia ingin ibu yang pertama beri hadiah

Disaat ia mulai mengenal lawan jenis, ia ingin ibu tempatnya berbagi

Disaat ia pergi merantau menuntut ilmu ia ingin ibu yang memberinya semangat

Disaat ia menemukan cintanya ia ingin ibu yang menuntunnya

Disaat ia menikah ia ingin melihat air mata bahagia ibunya

Disaat ia memiliki uang, ia ingin mengajak ibu jalan-jalan

Disaat ia beribadah ke tanah suci, ia ingin ibunya turut serta

Disaat ia sakit, ia ingin ibunya yang merawatnya

Disaat ia meniggal dunia, Ia ingin ibu berada di sampingnya



Namun…..

Engkau berkehendak lain.

Engkau panggil istriku saat anak-anakku masih belia

Engkau pisahkan mereka



Mengapa….???

Mengapaaaaa??

Mengapa ya Allah…….





***



Ingatannya 3 tahun silam muncul.



Saat itu………

Ia teringat sambutan bahagia istri tercinta menghilangkan keletihannya. Hujan yang deras sudah mulai mereda.



“ kang mas ada kado spesial untuk kang mas?

Saya hamil kang mas”



Tampak senyum sumringah di bibir sang pahlawan keluarga. Sosok lelaki yang bertanggung jawab. memberikan yang terbaik kepada keluarganya istri dan anak-anaknya. Ia pun memeluknya, berbisik di telingannya. Semoga Allah berikan yang terbaik buat calon bayi kita.



kini.... anak itu sudah besar dan bangga mengatakan love father and mother.



to be continue...

MIKHO MEDIA

Mukhtar Ibnu Kholil. Diberdayakan oleh Blogger.